Deprecated: The each() function is deprecated. This message will be suppressed on further calls in /var/www/vhosts/k1683644.subscription/gds.or.id/id/wp-content/plugins/js_composer/include/classes/core/class-vc-mapper.php on line 111
BELAJAR DARI BUAH BADAM | GDS | GEKARI DAMAI SEJAHTERA
BELAJAR DARI BUAH BADAM

Ev. Yohanes Oetomo

Ringkasan Khotbah 28 Februari 2021

Pembacaan Alkitab: Bilangan 17:6-8

Pada waktu musim salju, ketika pohon-pohon lainnya meranggas, pohon badam mampu berbunga dengan indahnya. Bunganya yang putih berpadu dengan keindahan salju, memberi kesan kesucian yang sungguh indah dipandang mata. Pohon badam ini juga seringkali diasosiasikan dengan pohon yang berbunga lebih awal, karena kemampuannya untuk berbunga di saat pohon-pohon lain masih “tidur” ketika musim salju tiba.

Umat Tuhan yang benar seharusnya hidup seperti pohon badam yaitu di tengah badai apapun, di tengah kesulitan atau lingkungan yang tidak mendukungpun tetap bisa mengeluarkan tunas, berbunga dan berbuah.

Ini menggambarkan keharusan kita untuk tetap berjaga-jaga, tidak boleh lalai atau lengah dalam kondisi apapun. Untuk itulah kita harus senantiasa berjaga-jaga. Tuhan Yesus mengingatkan kita berkali-kali akan hal ini (Matius 24:42 & Matius 25:13). Mengapa kita perlu berjaga-jaga dan berdoa? Kita berjaga-jaga bukan hanya pada waktu Tuhan Yesus akan datang, tetapi kita juga berjaga-jaga untuk melawan iblis dan sifat kedagingan (Markus 14:38 & I Petrus 5:8-9).

Latar belakang dari peristiwa dalam Bilangan 17:6-8 adalah Bilangan 16 dimana Korah, Datan, dan Abiram mengajak 250 orang Israel untuk memberontak kepada Musa dan Harun. Tuhan pun murka atas pemberontakan tersebut dan pada akhirnya Korah, Datan, Abiram dan 250 orang Israel tersebut mati dengan cara yang tidak wajar, mereka masuk ke dalam tanah yang terbelah dalam keadaan hidup. Sekalipun Tuhan sudah menghukum sebagian orang Israel, akan tetapi masih banyak lagi orang Israel yang memberontak dan bersungut-sungut kepada Musa dan Harun. Kemudian Tuhan mendatangkan tulah bagi bangsa Isreal dimana ada 14.700 orang yang mati kena tulah. 

Mungkin saat ini ada di antara kita yang sedang mengalami “padang gurun” yang sangat berat. Bila itu terjadi maka kita harus menyadari bahwa “padang gurun” adalah tempat  Tuhan  mengajar  kita  untuk  mengubah karakter kita semakin hari semakin serupa dengan Kristus. Salah satu berkat yang luar biasa adalah jika karakter kita seperti Kritus.

Ketika  hati  kita  menjadi  keras  dan  kita  tegar  tengkuk,  kita  menjadi seperti bangsa Israel. Akibatnya kita  hanya  berputar-putar  di  pegunungan  yang  sama  dari  tahun  ke tahun, dan kita tidak pernah masuk ke tanah perjanjian kita. Jika kita ingin mengalami hal-hal baik dari Tuhan (masuk dalam tanah perjanjian), maka kita harus bertumbuh dalam karakter.

Ulangan 8:2 (baca) Selalu ada masa-masa ujian, masa-masa pembuktikan yang harus kita lewati. Jika kita tidak belajar menjaga sikap kita di “padang gurun”, maka kita tidak akan masuk ke tanah perjanjian kita. Di sinilah banyak orang melewatkannya.

“Padang gurun” adalah keadaan di mana kita tidak mendapatkan yang kita mau, ketika keadaan lebih lambat dari yang kita inginkan, orang-orang tidak menghargai kita, kita sudah melakukan hal yang benar, tetapi kita tidak melihat hasilnya. Jika keadaan seperti tersebut kita alami, maka kita harus terus mendesak/bergerak maju. Jika kita melakukannya, maka kita bukan hanya akan lulus ujian, tetapi kita juga mengizinkan Tuhan bekerja lebih dalam di dalam diri kita,  mengembangkan karakter kita dan mempersiapkan kita untuk hal-hal yang lebih besar.

Bukan suatu kebetulan jika kita berada di tempat kita saat ini, bekerja dengan orang yang sulit, tidak mendapatkan penghargaaan yang layak kita terima, harus menunggu lebih lama dari yang seharusnya. Bila hal-hal tersebut kita alami, maka kita harus menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan sedang bekerja di dalam diri kita. Kita tidak perlu kecewa, ijinkan saja hal tersebut mengalir, dan kita harus ingat, bahwa semua itu adalah ujian (baca Yakobus 1:2-4).

Bagaimana kita dapat bersukacita dalam kondisi di “padang gurun”? Satu-satunya cara kita tetap bersukacita pada waktu kesulitan datang adalah dengan menyadari bahwa kesulitan itu sedang mengerjakan sesuatu di dalam diri kita. Kita harus tetap tersenyum walaupun tidak mendapat promosi yang kita inginkan. Kita harus tetap bersukacita karena Tuhan telah menyediakan sesuatu bagi kita. Tuhan mencari orang-orang yang tetap bersukacita sekalipun di masa-masa yang sulit (baca Kisah Para Rasul 20:24). Oleh sebab itu, apapun kesulitan/masalah yang sedang terjadi, kita harus tetap bersukacita karena Tuhan selalu memegang kendali atas hidup kita dan mendatangkan kebaikan di setiap kesulitan/ masalah yang terjadi dalam hidup kita (Roma 8:28)

Daud menghabiskan tahun demi tahun di padang gurun. Ia menggembalakan kambing domba ayahnya. Sementara kakak-kakaknya sedang bersenang-senang melakukan apa yang mereka suka dan kehidupan saudaranya kelihatan lebih mengasyikkan. Ada kalanya Daud merasa kesepian di padang gurun. Ada waktunya Daud merasa sangat bosan. Daud seorang anak muda, dan dia punya mimpi besar dalam hatinya. Di padang gurun yang sunyi itu, Daud belajar mengalahkan singa dan beruang, belajar mengasah keterampilannya, mengembangkan kepercayaannya, kesabarannya, daya tahannya dan imannya. Saat Daud menerima segala sesuatunya di padang gurun, sebenarnya Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang besar bagi Daud.

Mungkin kita sedang ada dalam masa ujian. Bila itu memang terjadi, maka kita harus membuktikan kepada Tuhan bahwa kita siap untuk masuk ke tanah perjanjian kita. Kita harus tetap setia kepada Tuhan setiap waktu. Walaupun kita sepertinya tidak merasakan kehadiran Tuhan, kita harus tetap tersenyum, berbuat baik kepada orang lain, memberi, melayani, mengikuti ibadah, dan tetap percaya kepada Tuhan.

Mungkin beberapa dari kita merasa ada di “padang gurun”. Ada hal-hal terjadi dalam hidup kita yang tidak kita mengerti. Tetapi disitulah kita harus percaya kepada Tuhan. Anggaplah itu sebagai sebuah kebahagiaan. Sadarilah bahwa Tuhan memegang kita di telapak tangan-Nya (Yesaya 49:16). Tidak peduli apapun yang datang menghalangi kita, selama kita menjaga sikap kita dalam melewati ujian ini, maka kabar baiknya adalah kita tidak akan terus berada di “padang gurun”. Tuhan berjanji akan membawa kita ke tanah perjanjian kita dan kita akan mengalami kehidupan yang berkemenangan yang sudah Tuhan sediakan.

Bilangan 17:1-5 (baca) Bangsa Israel bersungut-sungut kenapa harus Musa dan Harun yang memimpin mereka, kenapa harus berputar-putar di padang gurun, dsb. Dan pada akhirnya Tuhan merasa lelah terhadap sikap dari bangsa Israel. Ada sebuah peringatan kepada kita agar kita tidak meletihkan hati Tuhan, karena kita terus menerus bersungut-sungut, kita bertanya kepada Tuhan, Tuhan mengapa persoalanku belum berubah. Kita harus percaya bahwa apa yang Tuhan berikan bagi hidup kita pasti baik. Kita harus yakin dan percaya bahwa selalu ada jalan keluar, ada mujizat, ada kemenangan.  Kita harus menyadari bahwa jika kita terus menerus bersungut-sungut, maka hal tersebut tidak akan pernah menyelesaikan masalah apapun. Bersungut-sungut adalah tanda kita tidak percaya kepada Tuhan, tandanya kita marah dan memberontak kepada Tuhan.

Bilangan 17:6-8, Tuhan menyuruh setiap suku bangsa Isrel untuk mengambil tongkat dan menaruh di depan tabut/di hadapan Tuhan. Di dalam hadirat Tuhan, tongkat Harun bertunas, berbunga, dan berbuah. Marilah kita kembali kepada hadirat Tuhan, mencari Tuhan dengan segenap hati, bertobat dari segala perbuatan yang tidak berkenan, mencari hadirat Tuhan agar hidup kita menghasilkan buah.

Sikap bangsa Israel yang selalu bersungut-sungut: meletihkan Tuhan, tidak menyelesaikan masalah, tanda mereka tidak percaya dan memberontak kepada Tuhan, membuat mereka berputar-putar di padang gurun, mendatangkan hukuman, dan membuat mereka tidak masuk ke tanah perjanjian. Sedangkan sikap kita sebagai seorang pemenang adalah senatiasa percaya bahwa apa yang Tuhan berikan pasti yang terbaik bagi hidup kita (Matius 7:11), bersyukur dalam segala hal (1 Tesalonika 5:18),

Pada saat kita mengalami “padang gurun”, kita harus ingat bahwa Tuhan selalu memelihara kita (Mazmur 55:23), Tuhan juga memberikan jalan keluar untuk masalah/kesulitan yang sedang kita hadapi (1 Korintus 10:13). Tuhan akan menyingkirkan semua ketakutan kita (Matius 11:28-30), oleh sebab itu kita harus menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan (1 Petrus 5:7).

Saat bangsa Israel bersungut-sungut dengan kepemimpinan Musa dan Harun, Tuhan memerintahkan tongkat dari kedua belas suku Israel ditaruh di dalam kemah suci. Di dalam hadirat Tuhan itu, hanya dalam waktu satu malam, tongkat itu bertunas, berbunga bahkan mengeluarkan buah. Ajaib bukan, padahal tongkat itu tidak menyentuh tanah, berada dalam sebuah kemah yang gelap dan tertutup dari sinar matahari. Sedangkan secara alamiah, untuk dapat bertunas saja dibutuhkan proses menyerap sari-sari makanan dari tanah, memprosesnya melalui proses fotosintesis di daun dengan bantuan sinar matahari. Untuk menghasilkan buah, sebuah pohon butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Namun tongkat pohon badam itu, dengan berada di dalam hadirat Tuhan selama satu malam, dia bisa bertunas, berbunga dan menghasilkan buah.

Di tangan Tuhan, tongkat yang terbuat dari kayu yang sudah mati seolah-olah hidup dan mengeluarkan buah hanya dalam semalam. Tongkat Harun yang berbunga dan berbuah menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa mengubah benda mati menjadi hidup.

Adakah di antara kita saat ini yang mengalami bentuk-bentuk ‘kematian’ seperti kekeringan rohani, kehilangan kasih mula-mula, tidak lagi merasa damai sukacita, merasa pekerjaan kita saat ini mentok sehingga kehilangan gairah dan semangat, kepahitan dalam hubungan keluarga maupun berbagai kekecewaan lainnya yang merampas harapan-harapan dalam hidup kita? ingatlah bahwa kita bisa kembali hidup, bertunas, berbunga dan berbuah pada saat kita kembali menggantungkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan.

Tidak peduli sesulit, sepahit atau separah apapun yang kita hadapi, kita bisa mengalami pemulihan secara luar biasa apabila kita mau kembali kepada Tuhan dan menaati perintah-perintahnya. Mungkin kita sudah mengalami berbagai “kematian” baik dalam pekerjaan, usaha dan bahkan mengalami mati rohani, tetapi percayalah bahwa Tuhan mampu membalikkan itu semua dan kembali menumbuhkan tunas, buah dan bunga dalam sebuah kehidupan yang benar-benar baru.

Tuhan Yesus mengutuk pohon Ara yang tidak menghasilkan buah (Markus 11:13-14). Tuhan ingin kita selalu berbuah, tidak tergantung musim. Salah satu kekhususan dari pohon Ara adalah buahnya harus dipetik dalam kondisi yang matang di pohon karena buah Ara tidak akan mengalami proses pematangan di luar dari induk pohonnya. Demikian pun dengan kita, dimana kita akan mengalami proses kematangan rohani pada waktu kita ada di dalam hadirat Tuhan. Di luar Tuhan kita tidak dapat menghasilkan buah (Yohanes 15:4-5).

Dari dua belas tongkat hanya satu yang bertunas, walaupun semuanya ada di dalam hadirat Tuhan. Tongkat berbicara tentang otoritas, perkenanan Tuhan, dan apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Setiap kali kita melayani harus dalam urapan Tuhan, tidak bisa sembarangan.

Tongkat yang tidak bertunas tidak bisa dipakai Tuhan dan tidak berguna bagi siapapun. Tuhan sudah memanggil dan memilih kita untuk menjadi anak-anak-Nya, melayani-Nya, dan menghasilkan buah/jiwa-jiwa bagi TUhan (Yohanes 15:16).

Belajar dari buah Badam:

  1. Bertumbuh dalam segala kondisi/berjaga-jaga (karakter menjadi seperti Kristus)
  2. Dapat bertunas, berbunga, berbuah, hidup walaupun telah mati (ada pemulihan dihadirat-Nya)
  3. Lambang pembelaan Tuhan (Bilangan17:10).

Maksud dari “padang gurun” :

  1. Merupakan pembentukan karakter sebelum masuk tanah perjanjian (Ulangan 8:2). Masa pembuktian.
  2. Kita harus menjaga sikap kita di “padang gurun”, kalau mau masuk tanah perjanjian.
  3. Kesulitan itu sedang mengerjakan sesuatu dalam kehidupan (Yakobus 1:2-4).
  4. Akan ada berkat, setelah kita melewatinya: mahkota kehidupan, promosi, masuk tanah perjanjian kita (Yakobus 1:12).
  5. Ia tidak membiarkan kita diuji melampaui kekuatan kita, ada jalan keluar (I Korintus 10:13).